Monday, August 3, 2009

NISFU SYA'ABAN 1430H


(Petikan di ambil dari emel)
Hari Nisfu Sya'aban akan tiba pada 05 August 2009 (selepas maghrib pada hari 14 Sya'aban 1430H)
Oleh itu, marilah kita sama-sama mengambil saat keemasan ini untuk menutup catatan amal ibadah kita kpd Allah dengan baik dan sempurna dan seterusnya berazam untuk memperbaiki diri kita untuk catatan yang baru.
Hari nisfu sya'aban adalah hari dimana buku catatan amalan kita selama setahun diangkat ke langit dan diganti dengan buku catatan yang baru.
Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermula sebaik sahaja masuk waktu maghrib, (15 Sya'aban bermula pada 14 hb sya'aban sebaik sahaja masuk maghrib)
Berikut adalah antara amal ibadah di hari Nisfu Sya'aban:
1. Selepas solat maghrib
Solat sunat nisfu sya'aban, 2 rakaat
Rakaat 1 : baca Al-Fatihah & surah Al-Qadar 1x
Rakaat 2 : baca Al-Fatihah & surah Al-Ikhlas 3x
2. Membaca Yasin 3x
i) Selepas Yasin pertama : mohon dipanjangkan umur untuk beribadat kepada Allah
ii) Selepas Yasin kedua : mohon rezeki yang halal untuk beribadat kepada Allah
iii) Selepas Yasin ketiga : mohon ditetapkan iman dan Islam & mati di dalam iman & pohonlah segala yang baik....Kemudian baca Istighfar 11x & selawat 11xBaca doa nisfu Sya'aban (ada didalam Yasin Majmuk)
3. Baca surah ikhlas 1000x
4. Berpuasa pada siangnya
Abul Khair Al Talaqaani r.a. mengira nama2 malam Nisfu Syaaban sebanyak 22. Antaranya yg termasyhur adalah:
1. Malam Dimustajabkan Doa
2. Malam Pembahagian Takdir
3. Malam Rahmat
4. Malam Berkat
5. Malam Pengampunan (Taubat)
6. Malam Penebusan
7. Malam Syafaat
8. Malam Penulisan
9. Malam Keagungan dan Kemuliaan
10. Malam Rezeki
11. Malam Hari Raya Para Malaikat
12. Malam Penghidupan
Antara kelebihan bulan Sya'aban:
1. Sesiapa berpuasa sehari dalam bulan Sya'aban maka Allah haramkan tubuhnya dari api neraka dan dia akan menjadi teman kpd nabi Allah Yusof didalam syurga.
2. Riwayat dari Osman Bin Abi Al-As, Sabda Nabi Muhammad (saw) : pada malam nisfu sya'aban setelah berlalu 1/3 malamnya, Allah turun ke langit dunia lalu berfirman : adakah orang-orang yang meminta maka Aku perkenankan permintannya, adakah orang yang meminta ampun maka aku ampunkannya, adakah orang yang bertaubat maka aku terima taubatnya dan diampunkan semua orang mukmin lelaki & perempuan , melainkan orang yang berzina atau orang yang berdendam marah hatinya kepada saudaranya.
Sebaik-baiknya minta ampun dengan ibubapa sebelum harinisfu sya'aban kerana amalan kita akan terhalang dari diangkat ke langit sekiranya kita derhaka/berdosa dengan ibubapa kita.
Wallahua'alam
JADI MARILAH KITA BERSAMA2 MEMERIAHKAN LAGI BULAN SYA'ABAN INI DENGAN AMAL IBADAT YANG LEBIH DAN JANGAN LUPA KAWAN2 SEMUA AMBILLAH KESEMPATAN UNTUK BERPUASA PADA 15 SYAABAN NANTI IAITU PADA KHAMIS 30 SEPTEMBER INI KERANA KITA TIDAK TAHU SAMADA KITA BERKESEMPATAN LAGI UNTUK BERTEMU DENGANNYA TAHUN HADAPAN... NAUZUBILLAMINZALIK...

**********************************************************************************************************************************************************************************************
Nishfu Sya'ban (15 Sya'ban)
A'uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma salli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallim
Malam tanggal 15 Sya'ban 1430 H, adalah malam 'pemutusan' (pengambilan keputusan)/Night of Absolution/ Laylatul Bara'a atau yang lebih terkenal di kalangan ummat Islam Tradisional Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai malam Nishfu Sya'ban.
Sangat dianjurkan (mustahab) pada malam tersebut bagi kita untuk memperbanyak munajat pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik dengan dzikr, membaca Al Quran, maupun salat. Jika tidak bisa sepanjang malam (dari Maghrib hingga Fajr), mampu sebagian pun dianjurkan untuk diisi dengan munajat pada-Nya.
Tentang Malam Nishfu Sya'ban (laylat al-bara'a) ini ada banyak ayat dalam Al-Quran maupun hadits mulia dari Nabi besar Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam yang menerangkan keutamaannya. Berikut ini adalah beberapa ayat dan hadits tentang keutamaan malam pertengahan Sya'ban (Nishfu Sya'ban) atau Laylatul Bara'ah.
Allah berfirman:إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
"inna anzalnahu fi laylatin mubarakatin inna kunna mundzirin"
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
"fiha yufraqu kullu amrin hakim" Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,أَمْراً مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ "amran min `indina inna kunna mursilin" (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.Sesungguhnya Kami adalahyang mengutus rasul-rasul,رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ "rahmatan min rabbika innahu huwa al-sami`u al-`alim" sebagai rahmat dari Tuhanmu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,QS AD DUKHAAN (44:3-6)Sekalipun majoriti mufassirin (ahli tafsir) mengertikan "malam penuhberkah" di ayat-ayat di atas sebagai Laylat al-Qadr di bulan Ramadhan, tapi sebagian komentar juga menyebutkan bahawa "malam penuh barakah" ini bisa jadi adalah malam pertengahan Sya'ban atau malam Nishfu Sya'ban atau laylatul bara'a.
Pandangan ini berdasarkan pada hadits-hadits tentang fadhillah (keutamaan) besar pada malam nishfu sya'ban tersebut. Sebagai konsekuensinya, Syari'ah telah merekomendasikan untuk menghidupkan malam tersebut. Berkaitan dengan ibadah sunnah pada malam Nishfu Sya'ban, Imam Suyuti mengatakan dalam Haqiqat al-sunna wa al-bid`a:
"Tentang malam nishfu Sya'ban, ia memiliki fadhilah (keutamaan) yangbesar dan dianjurkan (mustahabb) untuk melewatkan sebagiandaripadanya dengan ibadah-ibadah sunnah"(Suyuti, Haqiqat al-sunna wa al-bid`a aw al-amr bi al-ittiba` wa al-nahi `an al-ibtida` (1405/1985 ed.) halaman 58. Beliau menambahkan: "Tapi, ini mesti dilakukan sendiri, bukan dalam jama'ah.")
Ibn Taymiyya menganggap malam Nishfu Sya'ban juga sebagai malam penuh keutamaan dalam kitab beliau, Iqtida' al-sirat al-mustaqim:[Beberapa] berkata: Tidak ada perbedaan di antara malam ini (nishfuSya'ban) dengan malam-malam lain dalam setahun. Tetapi, pendapat banyak ulama, dan mayoritas sahabat-sahabat kami (ulama mazhab Hanbali) dan yang lain adalah malam tersebut adalah malam yang amat istimewa, dan ini juga diindikasikan oleh kata-kata Ahmad (ibn Hanbal), dalam memandang banyak hadits yang diriwayatkan tentangnya, dan dalam memandang apa-apa yang menguatkannya dari kata-kata dan amalan para generasi awal (al-athar al-salafiyya). Beberapa dari keutamaannya diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits musnad dan sunan. Ini adalah benar, sekalipun jika hal-hal lain telah dipalsukan tentangnya.(Ibn Taymiyya, Iqtida' al-sirat al-mustaqim (1369/1950 ed.) p. 302.)Di antara hadits-hadits yang menekankan status laylat al-bara'a adalah sebagai berikut:
1. Ibn Hibban meriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal dalam Sahih-nya, riwayat berikut ini, yang juga dinyatakan oleh muhaddits kontemporer Syaikh Shu'ayb Arna'ut sebagai sahih:Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda:yattali`u Allahu ila khalqihi fi laylati al-nisfi min sha`bana fa-yaghfiru li-jami`i khalqihi illa li mushrikin aw mushahin.Allah melihat pada makhluq-Nya pda malam pertengahan Sya'ban dan Dia mengampuni seluruh makhluq-Nya kecuali yang musyrik dan mushahin(yang berkhianat).(Ibn Hibban, Sahih, ed. Shu`ayb Arna'ut 12:481 #5665)
Haythami berkata bahwa Tabarani juga meriwayatkan ini dalam Kabir-nya dan Awsat dengan isnad yang berisi hanya rawi-rawi tepercaya, sehingga sanadnya sahih; Ibn Khuzayma memasukkannya dalam Sahih-nya,yang memiliki level akseptansi di antara ahli hadits sama denganSahih Muslim; bahkan "Muhaddits Salafi" Albani juga memasukkannya dalam kitabnya Silsila sahiha!
2. Tirmidhi dan Ahmad meriwayatkan dari `Abd Allah ibn `Amr, al-Bazzar dengan sanad baik (hasan) lewat seorang Tabi`i besar al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr as-Siddiq:"Allah melihat makhluq-makhluq-Nya pada malam nishfu-Sha'ban dan Dia mengampuni seluruh hamba-hamba-Nya kecuali dua orang: seseorang yang berniat untuk berkhianat dan pembunuh."
3. Bayhaqi meriwayatkan dari `A'ishah dalam Syu`ab al-iman dengan riwayat darinya:
Dari 'Aisyah: ia berkata: Nabi berdiri untuk salat pada sebagian malam dan bersujud untuk waktu yang amat lama hingga aku mengiraruhnya telah diambil kembali. Ketika aku melihat hal ini, aku bangundan pergi untuk mencoba menggerakkan jari jempol beliau yang besar,saat mana beliau bergerak, sehingga aku mundur kembali. Ketika beliaumengangkat kepala beliau dari sujudnya dan menyelesaikan salatnya,beliau saw bersabda: "Wahai 'A'isyah, Wahai Humayra'! Apakah kaupikir bahwa Nabi akan memutuskan perjanjiannya denganmu?" Ia ('Aisyah) berkata: "Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, tapi aku berpikir bahwa ruhmu telah diambil kembali karena engkau begitu lama bersujud."
Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahukah engkau malam apa ini?" 'Aisyah berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ini adalah malam pertengahan Sha'ban (Nishfu Sya'ban)! Sungguh Allah 'Azza wa Jalla melihat pada hamba-hamba-Nya pada malam nishfu Sya'ban, dan Ia mengampuni mereka yang memohon ampunan, dan Ia memberikan rahmat-Nya pada mereka yang memohon rahmat, dan Ia memberi tunda pada orang-orang yang dengki dan iri pada keadaan mereka."al-Azhari berkata:Berkaitan dengan kata-kata beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam: "memutuskan perjanjian denganmu": ini dikatakan pada seseorang yang mengkhianati sahabatnya dan karena itu dianggap tidak memberikan pada sahabatnya hak sahabat tsb.Bayhaqi melanjutkan:Aku berkata: hadits ini kehilangan seorang Sahabat pada isnadnya, danadalah hadits yang baik (hadza mursal jayyid). Sangat mungkin bahwa al-`Ala' ibn al-Harith mengambilnya dari Makhul, Allahu a'lam.(Bayhaqi, Syu`ab al-iman, ed. Zaghlul 3:382 #3835.)
4. Tirmidhi, Ahmad, dan Ibn Majah meriwayatkan:Dari 'Aisyah: Aku kehilangan Rasulullah saw pada suatu malam hinggaaku pergi keluar ke al-Baqi' (dan menemukan beliau). Beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Apakah kau takut bahwa Allah akan berbuat salah padamu dan Nabi-Nya akan berbuat salah padamu?" Aku berkata: "Wahai utusan Allah, aku berpikir bahwa engkau mungkin telah pergi mengunjungi salah satu istrimu." Beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Allah 'azza wa jalla turun ke langit terdekat pada malam pertengahan Sha'ban (nishfu Sha'ban) dan Ia mengampuni orang-orang sejumlah lebih banyak daripada bulu-bulu yang ada di kulit domba suku-suku Kalb."(Tirmidhi, Ahmad, dan Ibn Majah. Tirmidhi berkata bahwa ia telah mendengar bahwa Bukhari memberi derajat hadith ini lemah karena beberapa sub-rawi-nya tidak meriwayatkan secara langsung satu sama lain.)
5. Ahmad dan Ibn Majah meriwayatkan:Dari `Ali ibn Abi Talib: Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Pada malam pertengahan Sha'ban (Nishfu Sha'ban) laluilah oleh kalian dengan salat pada sebagiannya, dan berpuasalah pada hari (yang mendahuluinya), karena Allah turun pada langit terdekat pada malam itu, dimulai dari matahari terbenam (maghrib) dan berfirman: 'Tak adakah yang memohon ampunan melainkan Aku akan mengampuni mereka? Tak adakah yang memohon rizqi melainkan Aku akan memberi rizki pada-Nya? Tak adakah yang mengalami ujian/musibah melainkan Aku akan mudahkan baginya? Tak adakah yang ini dan itu, tak adakah yang ini dan itu', dan seterusnya hingga fajar menyingsing."(Ahmad dan Ibn Majah. isnadnya mengandung Ibn Abi Sabra yang lemah(da`if).)
6. Lihat pula link-link berikut ini untuk matan Arab dari hadits-hadits tentang keutamaan Nishfu Sya'ban, terutama yang diriwayatkan Muhaddits Ibn Majah:
a. Sayyidah Aisyah RA yang mencari-cari Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam pada suatu malam, dan ternyata beliau sedang bermunajat di Baqi karena malam itu adalah nishfu syaban, kemudian beliau diberi tahu fadlilah malam itu.
b. Perintah Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam untuk memperbanyak ibadah baik shalat, istighfar, doa, dan lain-lain pd malam Nishfu Syaban
c. Fadlilahnya berdoa malam Nishfu Syaban
d. Dari Imam Ahmad tentang siapa saja yg mendapatkan ampunan di malam Nishfu Syaban.
Semoga, kita termasuk dalam hamba-hamba-Nya yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan memberikan yang terbaik dari diri kita untuk mengabdi pada-Nya, khususnya pada malam-malam dan kesempatan yang Ia Ta'ala muliakan. Aamiin ya Rabbal 'Aalamiin.

Sunday, August 2, 2009

Kasih ibu..




Cerita ini di ambil dari emel yang di hantar oleh seorang rakan.. Sudah lama saya ingin berkongsi cerita ini..
Maafkan saya kerana saya tidak bijak mengarang. Saya bukan penulis. Apa yang saya ingin ceritakan pun hanyalah tetang monyet, haiwan yang sering jadi bahan sendaan kita, bukannya tentang wang, saham, barang kemas, kekasih yang jelita mahupun banglo besar. Saya tidak bijak bercerita tentang itu.
Baru-baru ini saya ke Negeri Sembilan untuk mengunjungi rumah seorang saudara. Sewaktu kereta melalui hutan rekreasi Hulu Bendul di kuala Pilah, nun di depan sana ,saya lihat ada sekumpulan monyet mundar-mandir di sisi jalan yang sibuk. Ia seperti terburu-buru untuk melintas.
Saya terus memandu dan sewaktu kereta semakin hampir, saya terkejut kerana ada seekor monyet menggeletik di atas jalan. Ia baru dilanggar salah sebuah kereta di hadapan saya. Pantas saya menekan brek dan memperlahankan kereta.
Kereta semakin hampir dan dada ini berdebar apabila melihat monyet itu terus menggelupur dan menghempas-hempas ke atas jalan. Kakinya terketar-ketar. Di sisinya ada darah dan cebisan daging. Tetapi yang paling menyentak perasaan saya ialah apabila melihat perutnya yang buncit itu terburai, dan dari celah luka besar itu tersembul sesuatu berwarna kelabu. Tahukah pembaca, benda apakah yang saya lihat itu?
Benda kelabu itu adalah anak yang masih dalam kandungannya! Pada ketika itu saya terasa tubuh ini menggeletar. Saya pasti, si ibu monyet tadi akan mati sebentar lagi. Begitu juga dengan anaknya, nyawanya juga akan melayang sebelum sempat melihat wajah ibu.
Sebaik melintasinya, saya pandang cermin sisi dan belakang. Saya Nampak kawanan monyet tadi bercempera. Ia berlari-lari mendapatkan si ibu tadi, tapi kemudian bertempiaran semula ke tepi jalan kerana hampir saja dilanggar kenderaan yang lalu-lalang.
Mungkin kepada pembaca sekalian, apalah ada pada nyawa seekor monyet. Ia hanya monyet. Haiwan hodoh. Hidupnya di hutan, tidak setaraf dengan manusiawi. Tapi tidak kepada saya. Pulang bercuti, saya terus catatkan surat ini, kerana peristiwa yang saya sebutkan tadi sebenarnya telah mengingatkan saya kepada sebuah peristiwa yang berlaku pada awal 1990-an.
Ketika itu usia saya masih di awal 20-an. Hari itu, saya diajak oleh seorang bapa saudara untuk memburu di hutan berhampiran rumah. Saya bukanlah minat memburu, tapi daripada bosan terperap di rumah, saya terima ajakan bapa saudara saya tadi.
Masih saya ingat, beberapa jam berburu, matahari pun sudah meninggi, tapi tiada seekor haiwan pun melintas di hadapan kami. Pelanduk , napuh, rusa, ayam hutan dan burung yang selalu berlegar di hutan itu, seolah-olah bersembunyai jauh dari kami. Hutan itu sepi .
Saya bertambah rimas, pak cik pula saya lihat mula kecewa. Hari kian beranjak petang, pak cik menepuk-nepuk senapang Relanya. Kata pak cik, " Kita balik ajalah, hari ni tak ada apa-apa. Mungkin esok ada habuan. "Kami berjalan pulang, tapi selang dua tiga puluh langkah, kami terdengar suara riuh-rendah di sebalik pokok-pokok besar di hadapan kami. Saya mengamati suara itu, ternyata ia datang dari sekawan monyet yang sedang memakan buah-buah hutan.>
Saya perhatikan pak cik begitu berminat memerhatikan haiwan itu. Di bibirnya ada sebaris senyuman. Senyuman yang saya faham benar maksudnya. Adakah pak cik hendak menembak monyet-monyet itu?
"Haa. Pak cik nak tembak ibunya, lepas tu pak cik nak ambil anaknya, nanti boleh bela," begitu jawapan pak cik. Masih saya ingat juga, saya beberapa kali mendesak pak cik supaya membatalkan hasratnya itu, tapi gagal. Saya gagal mengendurkan niatnya. Tidak akan saya lupa kata-kata pak cik petang itu, "Daripada balik tangan kosong?
Lalu dia mengacukan senapangnya ke arah kawasan monyet tadi, dan ? DAMMM!!! Demi berdentum saja senapang, bercempera dan lintang-pukang monyet- monyet tadi menyelamatkan diri. Hutan itu riuh dengan bunyai ranting patah serta jerit pekik haiwan berkenaan.
BUUUPP! Ada suatu benda yang jatuh ke tanah. Saya terpandang seekor ibu monyet jatuh berdekatan kami. Saya dan pak cik terus mendapatkannya. Dari perutnya bercucuran darah pekat. Anaknya yang tidak mengerti apa-apa terlepas dari pelukan, tercampak tidak jauh dari ibunya sambil menjerit-jerit.
Si ibu merengus-rengus memanggil anaknya dengan lemah. Ia cuba bangun. Dengan besusah payah sambil tangannya mencapai akar-akar pokok untuk mendekati anaknya. Sebelah tangan lagi menekap perut yang masih berdarah. Ia berusaha melangkah tapi terjatuh semula. Digagahi lagi sambil berguling-guling ke arah anaknya. Si anak yang baru pandai berjalan jatuh, bangun mendapatkan ibunya.
Si anak itu terus saja memeluk ibunya yang kesakitan. Masih terbayang jelas di ingatan saya bagaimana si ibu monyet tadi memegang tubuh dan menatap wajah anaknya puas-puas, kemudian dicium berkali-kali. Setelah itu dibawa si anak ke dada lalu disuakan susunya.
Saya dan pak cik terdiam melihat si anak mengisap susu manakala ibunya mengerang-ngerang perlahan seakan memujuk sambil menahan sakit. Hati saya tersentuh. Betapa si anak yang baru melihat dunia tidak tahu bahawa ibu tempat dia bermanja akan pergi buat selama-lamanya. Saya tidak mampu menyelami fikiran ibu monyet tadi, tapi mungkin ia ingin memeluk anaknya buat kali terakhir, sepuas-puasnya, kerana selepas ini ibu akan pergi.
Ibu tidak akan dapat memelukmu lagi apabila kau kesejukan, menyuap mulutmu bila kau merengek kelaparan, juga melindungimu bila kau kepanasan. Mata si ibu monyet itu memandang ke arah kami. Tangannya memeluk erat si anak seolah-olah enggan melepaskannya, biarlah ia mati bersama anaknya.
Matanya saya lihat digenangi air, masih tidak lepas memandang kami dengan pandangan sayu, mungkin ingin menyatakan betapa kejamnya manusia. Dosa apakah yang aku lakukan hingga aku ditembak? Salahkah aku bebas ke sana ke mari di bumi indah ciptaan Allah ini? Tubuh ibu monyet itu berlumuran darah, begitu juga dengan si anak yang masih di pelukannya.
Beberapa detik kemudian, dengan tenaga yang masih berbaki, kami lihat si ibu mencium anaknya untuk ke sekian kalinya. Perlahan-lahan tubuhnya terkulai ditanah, bisa penabur dari muncung senapang pak cik tadi tidak dapat ditanggung lagi.
Si anak menjerit-jerit memanggil ibunya supaya bangun dan melarikan diri dari situ, tapi si ibu sudah tidak bernyawa lagi. Puas menjerit, si anak tadi menyusu semula. Di saat itu perasaan saya terlalu sebak. Saya perhatikan pak cik, dia beberapa kali menggetap bibir cuba menahan air matanya daripada tumpah ke pipi.
Tapi bila melihat si anak monyet tadi menjerit dan menggoncang- goncang tubuh ibunya, akhirnya air mata kami tumpah juga. Saya betul-betul kesal dengan apa yang berlaku. Susana sunyai kembali. Si anak monyet itu kami rangkul dan bawa pulang. Biarpun ia terus menjerit-jerit dan enggan berpisah dengan ibunya yang telah mati.
Di dalam kereta saya hanya mendiamkan diri. Begitu juga pak cik. Pada ketika itu saya dapat merasakan betapa kejamnya kami kerana membunuh satu nyawa yang tidak berdosa. Biarpun monyet itu hanya haiwan yang hodoh, tapi mereka juga ada perasaan, ada rasa kasih kepada anak, rasa sayang kepada ibu. Tapi kita manusia?? Mana hilangnya akal waras kami?
Selang dua minggu kemudian, anak monyet tadi mengikut jejak ibunya. Pak cik memberitahu saya, anak monyet itu tidak mahu makan dan asyik menjerit-jerit sahaja. Mungkin ia rindukan ibunya. Apabila malam, keadaannya bertambah teruk, dan akhirnya mati.
Kini saya sudah bekerja dan berumah tangga. Peristiwa tadi sudah saya ceritakan kepada anak dan isteri saya agar mereka mengerti bahawa haiwan juga punya perasaan. Yang kejam adalah manusia, walaupun kitalah satu-satunya makhluk yang Tuhan anugerahkan akal fikiran.
Tidak lupa saya memberitahu mereka betapa agung dan sucinya kasih sayang ibu...